Rabu, 01 Juni 2016

Proses dan Tahap Konseling



PROSES DAN TAHAP KONSELING INDIVIDUAL
A.     Pengertian Proses Konseling
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara seorang konselor/ahli dengan seorang klien. Dalam hal ini, klien dibantu untuk memahami dirinya, keadaanya, kemungkinan keadaannya dimasa depan, demi kesejahteraan dirinya dan masyarakat. Lebih lanjut, klien dapat memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.
Menurut Jones, konseling adalah suatu hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan seorang klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual, meskipun teradang melibatkan dua orang atau lebih dan dirancang untuk membantu klien untuk memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehinga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan sebuah hubungan profesional yang dilakukan antara konselor dengan seorang klien yang dimaksudkan untuk membantu klien dalam memecahkan masalah yang ada pada dirinya, mengenal kebutuhan dan potensi yang ada pada dirinya, serta membantunya dalam mengaktualisasikan dirinya.

B.     Proses dan Langkah-Langkah dalam Konseling
Proses konseling pada dasarnya bersifat sistematis. Ada tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk sampai pada pencapaian konseling yang sukses. Tetapi sebelum memasuki tahapan tersebut, sebaiknya konselor memperoleh data mengenai diri klien melalui wawancara pendahuluan (intake interview). Manfaat dari intake interview  adalah memperoleh data pribadi atau hasil pemeriksaan klien. Setelah itu, konselor dapat memulai langkah selanjutnya.
Langkah-langkah dalam konseling adalah sebagai berikut.
1.      Relating (Membangun Hubungan)
Membangun hubungan dijadikan langkah pertama dalam konseling, karena klien dan konselor harus  saling mengenal dan menjalin kedekatan emosinal sebelum sampai pada pemecahan masalahnya. Pada tahapan ini, konselor harus menunjukkan bahwa ia dapat dipercaya dan kompeten dalam menangani masalah klien. Hubungan konseling harus berbentuk a working relationship yaitu hubungan yang berfungsi, bermakna, dan berguna. Konselor dan klien  saling terbuka satu sama lain tanpa ada kepura-puraan. Selain itu, konselor dapat melibatkan klien terus menerus dalam proses konseling. Keberhasilan pada tahap ini menentukan keberhasilan langkah konseling selanjutnya.
Membangun hubungan dalam konseling juga dapat dimanfaatkan konselor untuk menentukan sejauh mana klien mengetahui kebutuhannya dan harapan apa yang ingin dia capai dalam konseling. Konselor juga dapat meminta klien agar berkomitmen menjalani konseling dengan sungguh-sungguh.
Pada tahap ini konselor membina hubungan baik dengan klien dengan cara menunjukkan perhatian, penerimaan, penghargaan, dan pemahaman empatik. Apabila klien dekat dengan dan percaya kepada konselor, ia akan bersedia membuka diri lebih jauh untuk mengemukakan masalah yang dihadapinya kepada konselor. Sehingga klien dengan suka rela termotivasi untuk mengikuti proses konseling sampai selesai.
2.      Identifikasi dan penilaian masalah
Apabila hubungan konseling telah berjalan baik, maka langkah selanjutnya adalah memulai mendiskusikan sasaran-sasaran spesifik dan tingkah laku seperti apa yang menjadi ukuran keberhasilan konseling. Konselor memperjelas tujuan yang ingin dicapai oleh mereka berdua. Hal yang penting dalam langkah ini adalah bagaimana keterampilan konselor dapat mengangkat isu dan masalah yang dihadapi klien. Pengungkapan  masalah klien kemudian diidentifikasi dan didiagnosa secara cermat. Seringkali klien tidak begitu jelas mengungkapkan masalahnya. Apabila ini terjadi konselor harus membantu klien mendefinisikan masalahnya secara tepat agar tidak terjadi kekeliruan dalam diagnosa.
3.       Memfasilitasi perubahan konseling
Pada tahap ini, konselor mulai memikirkan alternatif pendekatan dan strategi yang akan digunakan agar sesuai dengan masalah klien. Harus dipertimbangkan pula bagaimana konsekuensi dari alternatif dan strategi tersebut. Jangan sampai pendekatkan dan strategi yang digunakan bertentangan dengan nilai-nilai yang terdapat pada diri klien, karena akan menyebabkan klien otomatis menarik dirinya dan menolak terlibat dalam proses konseling. Ada beberapa strategi yang dikemukakan oleh Willis untuk mempertimbangkan dalam konseling:
a.       Mengkomunikasikan nilai-nilai inti agar klien selalu jujur dan terbuka sehingga dapat mengali lebih dalam masalahnya.
b.      Menantang klien untuk mencari rencana dan strategi baru melalui berbagai alternatif. Hal ini akan membuatnya termotivasi untuk meningkatkan dirinya sendiri.
Pada langkah ini terlihat dengan jelas bagaimana proses konseling berjalan. Apakah terjadi perubahan strategi atau alternatif. Yang telah disusun? Sudah tepat atau malah tidak sesuai?. Proses konseling berjalan-jalan terus-meneruspada akhirnya sampai kepada pemecahan masalah.

4.      Evaluasi dan Terminasi
Tahap ini adalah langkah terakhir dalam proses konseling secara umum. Evaluasi terhadap hasil konseling akan dilakukan secara keseluruhan. Yang menjadi ukuran keberhasilan konseling akan tampak pada kemajuan tingkah laku klien yang berkembang kearah yang lebih positif. Proses konseling bisa dikatakan berhasil, dilihat dari hal berikut:
a.       Menurunnya tingkat kecemasan klien
b.      Adanya perubahan perilaku klien kearah yang lebih positif, sehat dan dinamis.
c.       Adanya rencana hidup dimasa mendatang dengan program yang jelas
d.      Terjadi perubahan sikap positif. Hal ini ditandai dengan klien sudah mampu berfikir realistis dan percaya diri.
  
Di Posting Oleh Yahya Wahaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar