Kamis, 02 Juni 2016

Konseling Realitas


1.      Pengertian Konseling Realitas
Konseling realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah laku sekarang. Konseling realitas berfungsi sebagai guru dan model serta mengonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu klien menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain. Tujuan terapi ini ialah membantu seseorang untuk mencapai otonomi.
Konseling Realitas adalah suatu bentuk modifikasi tingkah laku karena dalam penerapan-penerapan institusionalnya, merupakan tipe pengkondisian  operan yang tidak ketat. Glasser mengembangkan terapi realitas dan meraih popularitasnya karena berhasil menerjemahkan sejumlah konsep modifikasi tingkah laku ke dalam model praktek yang relatif sederhana dan tidak berbelit-belit
2.      Sejarah Konseling Realitas
William Glasser adalah seorang psikiater yang mengembangkan konseling realitas pada tahun 1950-an. Gllassser mengembangkan teori ini karena merasa tidak puas dengan praktek psikiatri yang telah ada dan dia mempertanyakan dasar-dasar keyakinan terapi yang berorientasi kepada Freudian. Glasser dilahirkan pada tahun 1925 dan dibesarkan di Cleveland, Ohio. Pada mulanya Glasser belajar dibidang teknik kimia di Universitas Case Institute Of Technology. Pada usia 19 tahun ia dilaporkan sebagai penderita shyness atau rasa malu yang akut
Pada perkembangan selanjutnya Glasser tertarik studi psikologi, kemudian dia mengambil program psikologi klinis pada Western Reserve University dan membutuhkan waktu tiga tahun untuk meraih gelar Ph.D ahirnya Glasser menekuni profesinya dengan menetapkan diri sebagai psikiater. Setelah beberapa waktu melakukan praktek pribadi dibidang klinis Glasser mendapatkan kepercayaan dari California Youth Authority sebagai kepala psikiater di Ventura School For Girl. Mulai saat itulah Glasser melakukan eksperimen tentang prinsip dan teknik reality terapi.
Pada tahun 1969 Glasser berhenti bekerja pada Ventura dan mulai saat itu mendirikan Institute For Reality Theraphy Di Brent Wood. Selanjutnya menyelenggarakan educator treaning centre yang bertujuan meneliti dan mengembangkan program-program untuk mencegah kegagalan sekolah. Banyak pihak yang dilatih dalam lembaganya ini antara lain: perawat, pengacara, dokter, polisi, psikolog, pekerja social dan guru.
Teori yang dikembangkan Glasser ini dengan cepat memperoleh popularitas di kalangan konselor, baik untuk kasus individual maupun kelompok dalam berbagai bidang, misalnya sekolah lembaga kesehatan mental maupun petugas-petugas social lain. Banyak hal yang positif darin teori konseling realitas ini, misalnya mudah dimengerti, non teknis, didasarkan atas pengetahuan masyarakat, efisien waktu, sumber daya dan usaha-usaha yang dilakukan konselor.
3.      Konsep Kepribadian
Menurut terapi realitas, ada lima macam kebutuhan pokok manusia, antara lain kepemilikan, kekuasaan, kebebasan, ketergantungan, dan fisiologis. Dalam mencapai tujuan hidup ini manusia diatur oleh adanya rambu-rambu, yaitu tanggung jawab, realitas, dan benar.
Ada beberapa ciri yang menentukan terapi realitas, yaitu sebagai berikut :
a.    Terapi realitas menolak konsep tentang penyakit mental. Ia berasumsi bahwa bentuk-bentuk gangguan tingkah laku yang spesifik adalah akibat dari ketidakbertanggungjawaban. Pendekatan ini tidak berurusan dengan diagnosis-diagnosis psikologis. Ia mempersamakan gangguan mental dengan tingkah laku yang tidak bertanggung jawab dan kesehatan mental dengan tingkah laku yang bertanggung jawab.
b.    Terapi realitas menekankan kesadaran atas tingkah laku sekarang. Terapis realitas juga tidak bergantung pada pemahaman untuk mengubah sikap-sikap, tetapi menekankan bahwa perubahan sikap mengikuti perubahan tingkah laku.
c.    Terapi realitas berfokus pada saat sekarang, bukan kepada masa lampau. Karena Karena masa lampau seseorang itu telah tetap dan tidak bisa diubah, maka yang bisa diubah hanyalah saat sekarang dan masa yang akan datang.
d.    Terapi realitas menekankan pertimbangan-pertimbangan nilai. Terapi realitas menempatkan pokok kepentingannya pada peran klien dalam menilai kualitas tingkah lakunya sendiri dalam menentukan apa yang membantu kegagalan yang dialaminya. Terapi ini beranggapan bahwa perubahan mustahil terjadi tanpa melihat pada tingkah laku dan membuat beberapa ketentuan mengenai sifat-sifat konstruktif dan destruktifnya.
e.    Terapi realitas tidak menekankan transferensi. Ia tidak memandang konsep tradisional tentang transferensi sebagai hal yang penting. Ia memandang transferensi sebagai suatu cara bagi terapis untuk tetap bersembunyi sebagai pribadi. Terapi realitas mengimbau agar para terapis menempuh cara beradanya yang sejati, yakin bahwa mereka menjadi diri sendiri, tidak memainkan peran sebagai ayah atau ibu klien.
f. Terapi realitas menghapus hukuman. Glasser mengingatkan bahwa pemberian hukuman guna mengubah tingkah laku tidak efektif, dan bahwa hukuman untuk kegagalan melaksanakan rencana-rencana mengakibatkan perkuatan identitas kegagalan pada klien dan perusakan hubungan terapeutik.
g.    Terapi realitas menekankan tangung jawab yang didefinisikan sebagai “kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sendiri dan melakukannya dengan cara tidak mengurangi kemampuan orang lain dalam memenuhi kebutuhann-kebutuhan mereka.” Belajar tanggung jawab adalah proses seumur hidup.
Konsep Dasar
Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang memiliki kebutuhan dasar dan dalam kehidupannya mereka berusaha memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan bertahan hidup (survival), mencintai dan dicintai (love and belonging), kekuasaan atau prestasi (power or achievement), kebebasan atau kemerdekaan (freedom or independence), dan kesenangan (fun) (Corey, 2005). Glesser (2000) meyakini bahwa di antara kebutuhan dasar tersebut kebutuhan mencintai dan dicintai merupakan yang utama dan paling sukar pemenuhannya.
Keberhasilan individu dalam memenuhi kebutuhan dasarnya akan memberikan identitas berhasil pada dirinya, sedangkan kegagalan akan pemenuhan kebutuhan dasar menyebabkan individu mengembangkan identitas gagal (Rasjidan, 1994). Individu yang memiliki identitas berhasil akan menjalankan kehidupannya sesuai dengan prinsip 3 R, yaitu right, responsibility, dan reality (Ramli, 1994). Right merupakan nilai atau norma patokan sebagai pembanding untuk menentukan apakah suatu perilaku benar atau salah. Responsibility merupakan kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya tanpa mengganggu hak-hak orang lain. Reality merupakan kesediaan individu untuk menerima konsekuensi logis dan alamiah dari suatu perilaku.
Individu, dalam kehidupan sehari-hari, tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara langsung. Individu berusaha melakukan sesuatu yang dapat membuat mereka merasa nyaman. Hal ini yang disebut “kehidupan yang berkualitas” (quality world). Dunia yang berkualitas merupakan “surga pribadi” yang diharapkan setiap individu. Jadi bisa diartikan Quality World adalah cara pandang yang unik untuk memenuhi kebutuhan. Kehidupan yang berkualitas didasarkan atas kebutuhan dasar, tetapi dunia yang berkualitas berbeda dengan kebutuhan. Dunia yang berkualitas bersifat umum, sedangkan dunia yang berkualitas bersifat khusus. Agar individu dapat memperoleh dunia yang berkualitas dengan baik maka individu harus berhubugan dengan orang lain; yakni orang-orang yang dekat dengan kita dan nyaman bila didekatnya.
Asumsi Perilaku Bermasalah
Reality therapy pada dasarnya tidak mengatakan bahwa perilaku individu itu sebagai perilaku yang abnormal. Konsep perilaku menurut konseling realitas lebih dihubungkan dengan berperilaku yang tepat atau berperilaku yang tidak tepat. Menurut Glasser, bentuk dari perilaku yang tidak tepat tersebut disebabkan karena ketidak mampuannya dalam memuaskan kebutuhannya, akibatnya kehilangan ”sentuhan” dengan realitas objektif, dia tidak dapat melihat sesuatu sesuai dengan realitasnya, tidak dapat melihat sesuatu sesuai dengan realitasnya, tidak dapat melakukan atas dasar kebenaran, tangguang jawab dan realitas.
Meskipun konseling realitas tidak menghubungkan perilaku manusia dengan gejala abnormalitas, perilaku bermasalah dapat disepadankan dengan istilah ”identitas kegagalan”. Identitas kegagalan ditandai dengan keterasingan, penolakan diri dan irrasionalitas, perilakunya kaku, tidak objektif, lemah, tidak bertanggung jawab, kurang percaya diri dan menolak kenyataan.
Menurut Glasser (1965, hlm.9), basis dari terapi realitas adalah membantu para klien dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar psikologisnya, yang mencangkup “kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kkebutuhan untuk merasakan bahwa kita berguna baik bagi diri kita sendiri maupun bagi oaring lain”.
Pandangan tentang sifat manusia mencakup pernyataan bahwa suatu “kekuatan pertumbuhan” mendorong kita untuk berusaha mencapai suatu identitas keberhasilan. Penderitaan pribadi bisa diubah hanya dengan perubahan identitas. Pandangan terapi realitas menyatakan bahwa, karena individu-individu bisa mengubaha cara hidup, perasaan, dan tingkah lakunya, maka merekapun bisa mengubah identitasnya. Perubahan identitas tergantung pada perubahan tingkah laku.
Maka jelaslah bahwa terapi realitas yidak berpijak pada filsafat deterministik tentang manusia, tetapi dibangun diatas asumsi bahwa manusia adalah agen yang menentukan dirinya sendiri. Perinsip ini menyiratkan bahwa masing-masing orang memilkiki tanggung jawab untuk menerima konsekuensi-konsekuensi dari tingkah lakunya sendiri. Tampaknya, orang menjadi apa yang ditetapkannya.
Hakikat Manusia
Berdasarkan konsep perilaku manusia, prinsip kerja konseling berdasarkan konseling realitas ini berdasarkan atas asumsi-asumsi sebagai berikut :
1.      Perilaku manusia didorong oleh usaha untuk menemukan kebutuhan dasarnya baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan dasar ini berlaku sama untuk semua orang. Kebutuhan dasar seseorang yaitu kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, dan kebutuhan untuk merasakan bahwa kita berguna untuk diri sendiri dan untuk orang lain.
2.      Jika individu frustasi karena gagal memperoleh kepuasaan atau tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya dia akan mengembangkan identitas kegagalan. Sebaliknya jika dia berhasil memperoleh kepuasaan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya maka akan mengembangkan identitas keberhasilan.
3.      Individu pada dasarnya memiliki kemampuan untuk mengubah identitasnya kegagalan ke identitas keberhasilan. Individu yang bersangkuta adalah pihak yang mampu mengubah dirinya sendiri.
4.      Factor tanggung jawab adalah sangat penting pada manusia. Orang yang berusaha memperoleh kepuasaan mencapai success identity menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab.
5.      factor penilaian individu tentang dirinya sangat penting untuk menentukan apakah dirinya termasuk memiliki identitas keberhasilan atau identitas kegagalan.
Tujuan konseling realitas
Tujuan utama pendekatan konseling ini untuk membantu menghubungkan (connect) atau menghubungkan ulang (reconnected) klien dengan orang lain yang mereka pilih untuk mendasari kualitas hidupnya. Di samping itu, konseling realitas juga bertujuan untuk membantu klien belajar memenuhi kebutuhannya dengan cara yang lebih baik, yang meliputi kebutuhan mencintai dan dicintai, kekuasaan atau berprestasi, kebebasan atau independensi, serta kebutuhan untuk senang. Sehingga mereka mampu mengembangkan identitas berhasil. Tujuan konseling realitas adalah sebagai berikut :
Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat menentukan dan melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata. Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya sendiri.
Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri. Oleh karena itu, konselor bertugas membantu klien bagaimana menemukan kebutuhannya dengan  tiga pokok inti dalam konseling realitas yang dijadikan sebagai titik tolak kegiatn pada konseling Realitas dalam menganalisis masalah-masalah klein, antara lain :
1.      Right adalah kebenaran dari tingkah laku seseorang dengan standar norma yang berlaku baik itu norma agama, hukum, dan lain-lain.
2.      Reality adalah kenyataan, yaitu individu bertingkah laku sesuai dengan kenyataan yang ada.
3.      Responbility adalah bertanggung jawab, yaitu tingkah laku dalam memenuhi kebutuhan dengan menggunakan cara yang tidak merugikan orang lain.
Prosedur Konseling
Prosedur konseling yang harus diperhatikkan oleh konselor realitas yaitu :
1.      Berfokus pada personal
Prosedur utama adalh mengkomunikasikan perhatian konselor kepada klien. Perhatian itu ditandai oleh hubungan hangat dan pemahamannya ini merupakan kunci keberhasilan konseling. Glasser beranggapan perlunya keterlibatan (involvement) yang maknanya sama dengan empati dalam pengertian yang dikemukakan Rogers. Ketrlibatan yang dicapai konselor dapat menjadi fungsi kebebasan, tanggung jawab dan otonomi pada klien.
2.      Berfokus Pada Perilaku
Konseling realitas berfokus pada perilaku tidak pada perasaan dan sikap. Hal ini menurut Glasser karena perilaku dapat diubah dan dapat dengan mudah dikendalikan jika dikendalikan jika dibandingkan dengan perasaan atau sikap. Konselor dapat meminta klien untuk “melakukan sesuatu menjadi lebih baik”. Melakukan yang lebih baik pada akhirnya akan dapat merasakan yang lebih baik. Antara perasaan (feeling) dengan perilaku pada dasarnya memiliki hubungan.
3.      Berfokus pada saat ini
Konseling realitas memandang tidak perlu melihat masa lalu klien. Masa lalu tidak dapat diubah da membuat klien tidak bertanggungjawab terhadap keadaannya. Konselor tidak perlu melakukan eksplorasi terhadap pengalaman-pengalaman yang irrasional di masa lalunya, hal ini sejalan dengan tujuan konseling menurut Glasser ada 3 tahap, yaitu :
-       Melihat perilakunya (yang terakhir) adalah yang tidak realistic
-       Menolak perilaku klien yang tidak bertanggungjawab
-       Mengajarkan cra yang terbaik menemukan kebutuhannya dalam dunia rill.
4.    Pertimbangan Nilai
Konseling realitas mengganggap pentingnya melakukan pertimbangan nilai. Klien perlu menilai kualitas perilakunya sendiri apakah perilakunya itu bertanggung jawab, rasional, realistic dan benar atau justru sebaliknya. Penilaian perilakunya oleh diri klien akan membantu kesadarannya tentang dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif atau mencapai identitas keberhasilan.
5.      Pentingnya perencanaan
Kesadaran klien tentang perilakunya yang tidak bertanggung jawab harus dilanjutkan dengan perencanaan untuk mengubahnya menjdi perilaku yang bertanggung jawab. Konseling realitas beranggapan konseling harus mampu menyusun rencana-rencana yang realistic sehingga tingkah lainnya menjadi lebih baik, mnjadi orang yang memiliki identitas keberhasilan. Untuk mencapai hal ini konselor bertugas membantu klien untuk memperoleh pengalaman berhasil pada tingkat-tingkat yang sulit secara progresif.
6.      Komitmen
Perencanaan tidak akan mampu mengubah keadaan perilaku yang tidak bertanggung jawab. Klien harus memiliki komitmen atau keterikatan untukmelaksanakan rencana itu. Komitmen ditunjjukkan dengan kesediaan klien sekaligus secara rill melaksanakan apa yang direncanakan. Konselor terus meyakinkan klien bahwa kepuasaan atau kebahagiaannya sangat ditentuakn oleh komitmen pelaksannaan rencana-rencananya.
7.      Tidak Menerima Dalih
Adakalanya rencana yang telah disusun dan telah ada komitmen klien untuk melaksanakan, tetapi tidak dapat dilaksanakan atau mengalami kegagalan. Ketika klien melaporkan alasan-alasan yang dikemukakan klien. Justru saat itu konselor perlu membuat rencana dan membuat komitmen baru untuk melaksanakan upaya lebih lanjut. Yang lebih penting bagi konselor adalah menanyakan apa rencana lebih lanjut dan kapan mulai melaksanakan.
8.      Menghilangkan Hukuman
Hukuman harus ditiadakan. Konseling realitas tidak memperakukan hukuman sebagai tehknik mengubah prilaku. Hukuman menurut Glasser tidak efektif dan justru memperburuk hubungan konseling. Hukuman yang biasa dilakukan dengan kata-kata yang mencela dan menyakitkan hati klien harus dihilangkan, setidaknya dalam hubungan konseling. Glasser menganjurkan agar klien tidak dihukum dalam bentuk apapun dan dibiarkan belajar mendapatkan konsekuensi secara wajar dari prilakunya sendiri.
Peran Konselor
Tugas dasar konselor adalah melibatkan diri dengan konseli dan kemudian membuatnya untuk menghadapi kenyataan. Yang antara lain sebagai berikut :
1.      Bertindak sebagai pembimbing yang membantu konseli agar bisa menilai tingkah lakunya sendiri secara realistis.
2.      Motivator. (Menyampaikan dan meyakinkan kepada klien bahwa seburuk apapun suatu kondisi masih ada harapan)
3.      Sebagai guru. (Mengajarkan klien untuk mengevaluasi perilakunya, misalnya dengan bertanya, “Apakah perilaku Anda    (atau nama) saat ini membantu Anda untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan Anda?)
4.      Memberikan kontrak.
- Mengembangkan kondisi fasilitatif dalam konseling dan hubungan baik dengan klien
Teknik Konseling realitas
Teknik realitas bisa ditandai sebagai terapi yang aktif secara verbal. Dalam membantu klien dalam menciptakan identitas keberhasilan, terapis bisa menggunakan beberapa teknik sebagai berikut :
1.      Terlibat dalam permainan peran dengan klien;
2.      Menggunakan humor;
3.      Mengonfrontasikan klien dan menolak dalih apapun;
4.      Membantu klien dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik bagi tindakan;
5.      Bertindak sebagai model dan guru;
6.      Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi;
7.      Menggunakan “terapi kejutan verbal” atau sarkasme yang layak untuk mengonfrontasikan klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis; dan
8.      Melibatkan diri dengan klien dalam upayanya mencari kehidupan yang lebih efektif.
Konseling realitas tidak memasukkan sejumlah teknik yang secara umum diterima oleh pendekatan-pendekatan terapi lain. Pempraktek terapi realitas berusaha membangun kerja sama dengan para klien untuk membantu mereka dalam mencapai tujuan-tujuannya. Teknik-teknik diagnostik tidak menjadi bagian dari terapi realitas. Teknik-teknik lain yang tidak digunakan adalah penafsiran, pemahaman, wawancara-wawancara non direktif, sikap diam yang berkepanjangan, asosiasi bebas, analisis transferensi dan resistensi, dan analisis mimpi.
Kelebihan dan Kelemahan konseling realitas
1.      Kelebihan
a.       Terapi realitas ini fleksibel dapat diterapkan dalam konseling individu dan kelompok.
b.      Terapi realitas tepat diterapkan dalam perawatan penyimpangan perilaku, penyalahgunaan obat, dan penyimpangan kepribadian.
c.       Terapi realitas meningkatkan tanggung jawab dan kebebasan dalam diri individu, tanpa menyalahkan atau mengkritik seluruh kepribadiannya.
2.      Kelemahan
a.       Terapi realitas terlalu menekankan pada tingkah laku masa kini sehingga terkadang mengabaikan konsep lain, seperti alam bawah sadar dan riwayat pribadi.
b.      Terapi realitas bergantung pada terciptanya suatu hubungan yang baik antara konselor dan konseli.
c.       Terapi realitas bergantung pada interaksi verbal dan komunikasi dua arah. Pendekatan ini mempunyai keterbatasan dalam membantu konseli yang dengan alasan apapun, tidak dapat mgekspresikan kebutuhan, pilihan, dan rencana mereka dengan cukup baik.
Kaitan KREB dan Konseling Realitas dengan BK di TK
Pendidikan bimbingan dan konseling pada anak usia dini, dalam hal ini, hanya sebatas membantu dan mengarahkan proses tumbuh kembang anak agar lebih terarah dan terpadu. Orientasi pokok pendidikan anak usia dini adalah: a) melatih kemampuan adaptasi belajar anak sejak awal; b) meningkatkan kemampuan komunikasi verbal; c) mengenalkan anak pada lingkungan dunia sekitar, seperti orang, benda, tumbuhan, dan hewan; serta d) memberikan dasar-dasar pembelajaran berikutnya, seperti mengingat, membaca, menulis dan berhitung sederhana.
Pendidikan anak usia dini, secara khusus bukan bertujuan untuk memberi anak pengetahuan kognitif (kecerdasan intelektual) sebanyak-banyaknya, tetapi mempersiapkan mental dan fisik anak untuk mengenal dunia sekitarnya secara lebih adaptive (bersahabat). Sifat pendidikannya lebih familiar (kekeluargaan), komunikatif (menyenangkan), dan yang paling utama adalah lebih persuasif (seruan/ajakan). Selama dalam proses pembelajaran tidak dikenal istilah-istilah pemaksaan, tekanan atau ancaman yang dapat mengganggu kejiwaan anak. Situasi dan kondisi seperti ini memang sengaja direkayasa dan diciptakan dengan tujuan agar anak mendapat ketenangan.


By Yahya , Admin



Tidak ada komentar:

Posting Komentar