A. Pengertian Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Bimbingan dan
konseling merupakan serangkaian kegiatan atau aktifitas yang dirancang oleh
konselor untuk membantu klien dalam upaya untuk mengembangkan dirinya seoptimal
mungkin. Bimbingan dan konseling komprehensif merupakan upaya untuk memberikan
bantuan secara utuh yang melibatkan konselor, pimpinan sekolah, guru mata
pelajaran, staff administrasi, orangtua dan masyarakat.
Bimbingan dan
konseling komprehensif diprogramkan untuk semua peserta didik, artinya bahwa
semua peserta didik hukumnya wajib menerima layanan bimbingan dan konseling,
sehingga persepsi bahwa fokus bimbingan dan konseling hanyalah para siswa yang
bermasalah saja akan hilang. Oleh karena itu, bimbingan dan konseling
komprehensif perlu memperhatikan ruang lingkup yang menyeluruh, dirancang untuk
lebih berorientasi pada pencegahan dan tujuannya pegembangan potensi peserta
didik.
Melalui
bimbingan dan konseling komprehensif, peserta didik diharapkan memahami dan
dapat mengetahui kehidupan yang mencakup kehidupan akademik, karir, dan pribadi
sosial. Fokus utama dari bimbingan dan konseling komprehensif adalah teraktualisasinya
potensi peserta didik secara optimal. Adapun komponen program bimbingan dan
koneling komprehensif, yaitu layanan dasar, layanan responsif, layanan
perencanaan individual dan dukungan sistem.
Muro dan Kottman (1995)
mengemukakan bahwa struktur program bimbingan dan konseling komprehensif
diklasifikasikan kedalam empat jenis layanan, yaitu: (1) Layanan dasar
bimbingan, (2) Layanan responsive, (3) Layanan perencanaan individual, (4) dan
Dukungan sistem
A.
1. Pelayanan
Dasar
Layanan dasar bimbingan merupakan
layanan bantuan bagi peserta didik (siswa) melalui kegitan-kegiatan kelas atau
diluar kelas, yang disajikan secara sistematis, dalam rangka membantu siswa
mengembangakan potensinya secara optimal.
Layanan ini bertujuan untuk
membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental
yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya. Tujuan layanan ini
dapat juga dirumuskan sebagai upaya membantu siswa agar :
1. Memiliki
kesadaran pemahaman tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan,
sosial-budaya, dan agama)
2. Mampu
mengembangkan keterampilan unttuk
mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku tepat (memadai)
bagi penyesuaian dirinya dengan lingkungannya
3.
Mampu menangani atau memenuhi kebutuhan
dan masalahnya serta mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan
hidupnya
Untuk mencapai tujuan tersebut,
maka kepada para siswa (yang berusia remaja, SLTP dan SLTA) disajikan materi
layanan yang menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir, yang
kesemuanya terkait dengan pencapaian tugas-tugas perkembangannya. Secara rinci
materi aspek-aspek tugas perkembangan itu dapat dirumuskan sebagai berikut :
- Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
- Pengembangan kemandirian emosional
- Pengembangan kemampuan individu (problem solving atau decision making)
- Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang positif atau keterampilan belajar yang positif
- Pengembangan perilaku sosial yang bertanggung jawab (sikap altruis, sikap toleran dalam suasana kehidupan yang heterogen: multi budaya etnis, ras dan agama)
- Pengembangan upaya pencapaian peran sosial sebagai pria atau wanita
- Pengembangan sikap penerimaan diri secara objektif dan pengembangannya secara cepat
- Pengembangan sikap dan kemampuan untuk mencapai kemandirian ekonomi
- Pengembangan sikap dan kemampuan mempersiapkan karir di masa depan
- Pengembangan upaya pencapaian hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya, baik laki-laki maupun perempuan
- Pengembangan sikap positif terhadap pernikahan dan hidup berkeluarga
Selanjutnaya dalam uraian berikut dikkemukakan
contoh materi layanan dasar bimbingan untuk orang dewasa yaitu :
1. Pengembangan
tanggung jawab sosial dan kewarganegaraan secara lebih dewasa
2. Kiat-kiat membantu anak-anak dan pemuda khususnya anak
kandungnya sendiri agar berkembang menjadi orang dewasa yang bahagia dan
bertanggung jawab
3. Pengembangan
aktifiitas dan memanfaatkan waktu luang sebaik-baiknya bersama orang dewasa lainnya
4. Kiat-kiat
memelihara hubungan diri dengan sedemikian rupa dengan pasangannya yakni suami
istri sebagai seorang pribadi yang utuh
5. Pengembangan
kemampuan untuk menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
psikologis yang lazim terjadi pada masa
setengah baya
6. Pengembangan
kemampuan untuk melaksanakan dan menampilkan unjuk kerja yang lebih baik dalam
profesi dan jabatan
7. Kiat-kiat
menyesuaikan diri dengan perkehidupan orang-orang yang berusia lanjut khususnya
dalam cara bersikap dan bertindak
B.
2. Layanan
Perencanaan Individual
Layanan
perencanaan individual dapat diartikan sebagai layanan bantuan kepada semua
siswa agar mampu membuat dan melaksanakan perencanaan masa depannya,
berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan kelemahan dirinya.
Layanan perencanaan individu adalah
layanan, bimbingan yang bertujuan membantu individu membuat dan
menginimplementasikan rencana rencana pendidikan, karir dan sosial pribadinya.
Membantu individu memantau dan memahami pertumbuhan dan perkembangannya
sendiri, kemudian merencanakan dan mengimplementasikan rencana-rencananya itu
sesuai dengan pemantauan dan pemahamannya itu.
Dapat juga dikemukakan bahwa
layanan ini bertujuan untuk membimbing seluruh siswa agar :
a. Memiliki
kemampuan untuk merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap
pengembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar maupun
karir.
b. Dapat
belajar memantau dan memahami perkembangan dirinya
c.
Dan dapat melakukan kegiatan atau
tindakan berdasarkan pemahamannya atau tujuan yang telah dirumuskan secara
proaktif
Teknik bimbingannya adalah
konsultasi dan konseling. Isi layanan perencanaan individual adalah :
1. Bidang
pendidikan dengan topic-topik belajar yang efektif, belajar memantapkan program
keahlian yang sesuai dengan bakat, minat dan karakteristik kepribadian lainnya
2. Bidang
karir dengan topic-topik mengidentifikasi kesempatan karir yang dulu di
lingkungn masyarakat, mengembangan sikap yang positif terhadap dunia kerja, dan
merencanakan kehidupan karirnya
3. Bidang sosial pribadi dengan topic-topik mengembangkan konsep diri yang
positif, mengembangkan
keterampilan-keterampilan sosial yang tepat, belajar menghindari konflik dengan
teman, dan belajar memahami perasaan orang lain
Adapun kegiatan layanannya adalah sebagai berikut:
1. Siswa
menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya, yaitu yang memnyagkut pencapaian
tugas-tugas perkembangannya atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar atau
karir
2. Merumuskan
tujuan, dan perencanaan kegiatan (alternative kegiatan) yang menunjang
pengembangan dirinya, atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan
dirinya
3. Melakukan
kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan
4. Mengevaluasi
kegiatan yang telah dilakukiannya
3. Layanan Responsif
Layanan
responsif merupakan pemberian bantuan kepada peserta didik yang menghadapi
kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika
tidak segera dibantu, dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian
tugas-tugas perkembangan. Layanan
responsif bertujuan untuk membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya dan
memcahkan masalah yang dialaminya atau membantu siswa yang mengalami hambatan,
kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Tujuan layanan ini dapat
juga di kemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-masalah atau
kepedulian pribadi siswa yag muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan
dengan masalah pribadi-sosial, karir, dan atau masalah pengembangan pendidikan.
Materi layanan
responsif sesuai dengan masalah dan kebutuhan siswa. Masalah siswa pada umumnya
tidak mudah diketahui secara langsung tetapi dapat dipahami melalui
gejala-gejala perilaku yang ditampilkannya. Untuk memahami kebutuhan dan masalah
siswa dapat ditempuh dengan cara menganalisis data siswa, baik yang bersumber
dari inventori tugas-tugas perkembangan, angket siswa, wawancara, observasi,
sosiometri, daftar hadir, leger, psikotes, dan daftar masalah siswa atau alat
ungkap masalah siswa (AUM)
Bentuk-bentuk
dari layanan responsif antara lain:
1.
Konseling
Individual dan Konseling Kelompok
Pemberian pelayanan konseling ini ditujukan untuk
membantu peserta didik yang mengalami kesulitan, mengalami hambatan dalam
mencapai tugas-tugas perkembangannya. Melalui konseling, peserta didik dibantu
untuk mengidentifikasi masalah masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih
tepat. Konseling dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.
2.
Referal
(Alih Tangan)
Apabila konselor kurang memiliki kemampuan untuk
manangani masalah konseli, maka sebaiknya dia mereferal atau mengalih tangankan
konseli kepada pihak yang lebih berwenang atau ahli, seperti psikolog,
psikiater, dokter dan kepolisian. Konseli yang sebaiknya direferal adalah
mereka yang memiliki masalah, seperti memiliki niat untuk bunuh diri, depresi,
tindakan kriminal, kecanduan narkoba, dan penyakit kronis.
3.
Kolaborasi
dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas
Konselor berkolaboras dengan guru mata pelajaran dan
wali kelas dalam rangka memperoleh infomasi tentang peserta didik, membantu
memecahkan masalah peserta didik, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan
yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Aspek-aspek itu diantaranya:
memahami karakteristik peserta didik yang unik dan beragam, menandai peserta
didik yang diduga bermasalah, membantu peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar melalui program remedial.
4.
Kolaborasi
dengan Orangtua
Konselor perlu melakukan kerjasama dengan paraa
orangtua peserta didik. Kerjasama ini penting agar proses bimbingan terhadap
peserta didik tidak hanya berlangsung di sekolah/madrasah, tetapi juga oleh
orangtua murid. Melalui kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling memberikan
informasi, pengertian, tukar pikiran antar konselor dan orangtua dalam upaya
mengembangkan potensi peserta didik atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi
peserta didik.
5.
Kolaborasi
dengan pihak terkain di luar sekolah
Yaitu berkaitan dengan upaya sekolah untuk menjalin
kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan
peningkatan mutu pelayanan bimbingan dan konseling.
6.
Konsultasi
Konselor menerima pelayanan konsultasi bagi guru,
orangtua, atau pihak sekolah yang terkait dengan upaya membangun kesamaan
persepsi dalam memberikan bimbingan kepada para peserta didik, menciptakan
lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan peserta didik, melakukan
referal dan meningkatkan kualitas program bk.
7.
Bimbingan
Teman Sebaya
Bimbingan teman sebaya adalah bimbingan yang
dilakukan oleh peserta didik terhadap peserta didik yang lainnya. Peserta didik
yang menjadi pembimbing, sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh
konsleor. Peserta didik yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor atau
tutor yang membantu peserta didik yang lain dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik.
Disamping itu dia juga berfungsi sebagai mediator yang membantu konselor
dengan cara memberikan informasi tentang kondisi, perkembangan atau masalah
peserta didik yang perlu mendapat pelayanan bantuan bimbingan atau konseling.
8.
Konferensi
Kasus
Yaitu kegiatan untuk membahas permasalahan peserta
didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat
memberikan keterangan , kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permaslaahan
peserta didik itu. Pertemuan konferensi kasus ini bersifat terbatas dan
tertutup.
9.
Kunjungan
Rumah
Yaitu kegiatan memperoleh data atau keterangan
peserta didik tertentu yang sedang ditangani dalam upaya mengentaskan
masalahnya melalui kunjungan ke rumahnya.
4. Dukungan
Sistem
Dukungan sistem
merupakan komponen layanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infra struktur
(misalnya teknologi informasi dan komunikasi) dan pengembangan kemampuan
profesional konselor secara berkelanjutan yang secara tidak langsung memberikan
bantuan kepada peserta didik atau memfasilitasi kelancaran perkembangan peserta
didik.
Bentuk-bentuk
implementasi dari dukungan sistem ini, antara lain:
1.
Pengembangan
Profesi
Konselor harus secara kontinu meng-upgrade pengetahuan dan keterampilannya
melalui in-service training, aktif
dalam organisasi profesi, aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti seminar
dan workshop atau melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi.
2.
Manajemen
Program
Program pelayanan bimbingan dan konseling tidak
mungkin akan tercipta, terselenggara dan tercapai apabila tidak memiliki suatu
sistem manajemen yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis,
dan terarah. Oleh karena itu, bimbingan dan konseling harus ditempatkan sebagai
bagian terpadu dari seluruh program sekolah dengan dukungan wajar dalam aspek
ketersediaan sumber daya manusia (konselor), maupun sarana pembiayaan.
3.
Riset
dan Pengembangan
Strategi melakukan penelitian mengikuti kegiatan
profesi dan mengikuti aktifitas peningkatan profesi serta kegiatan pada organisasi
profesi.
Posting By Nurhaera Admin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar